Bagian 1
Bersiap disaat yang lain terlelap.
Dingin pagi menyentuh tubuh, dimana kebanyakan orang-orang masih terlelap tidur. Alarm bernyanyi sangat bising sekali. Tepat jam 03.30 Pagi penulis sudah terbangun. Mimpi sudah menjelma menjadi kehidupan nyata. Mata terasa berat sekali untuk dibuka, ternyata penulis sudah berjanji pada diri sendiri. Bahwa harus bersiap untuk berangkat kuliah lagi. Sambil nunggu adzan subuh dan sejenak berbenah diri. Aku coba hubungi salah satu teman penulis, yaitu alvina salah satu teman sekelas di kampus, yang katanya mau ikut nebeng bersama berangkat ke ciamis. Setelah mencoba membuka layar ponsel, ternyata sudah beberapa kali dia menghubungi.
Penulis ketik kalimat singkat bahwa berangkat dari rumah setelah shalat subuh. Katanya, dia akan menunggu pinggir jalan kurang lebih yang penulis tahu itu di daerah cibenda, salah satu jalur utama jalan raya cijulang menuju ciamis. Yaudahlah, nanti penulis kabarin apabila sudah mau berangkat.
Penulis ketik kalimat singkat bahwa berangkat dari rumah setelah shalat subuh. Katanya, dia akan menunggu pinggir jalan kurang lebih yang penulis tahu itu di daerah cibenda, salah satu jalur utama jalan raya cijulang menuju ciamis. Yaudahlah, nanti penulis kabarin apabila sudah mau berangkat.
Tas sudah aku isi dengan amunisi perjalanan dan bekal selama dua hari kuliah di ciamis. Bergegas ke kamar mandi, diluar terdengar suara toa masjid mengabarkan secara langsung bahwa adzan subuh tinggal sepuluh menit lagi.
Badan telah tercuci bersih, handuk sudah menyentuh tubuh dan pakain telah terpakai rapih. Adzan sudah berkumandang sudah saatnya melaksanakan kewajiban. Hati rasanya tenang jika sudah menghadapkan diri pada-Nya. Tidak sempat sarapan, penulis langsung berkemas dan bergegas untuk berangkat. Ibu sudah berkata sebelumnya, mau dibuatin sarapan atau tidak. Ternyata yang bangun akibat alarm penulis hanya ibu.
Di tengah perjalanan penulis lupa menguhubungi Alvina, katanya dia menunggu di depan mini market. Ternyata iyah, dia berteriak sambil menyebutkan nama. Tak ada badai dan juga hujan kendaraan yang aku tunggangi terhenti secara sadar. Penulis putar balik menuju mini market sumber suara teriakan itu.
Satu hari sebelumnya sempat berencana, bahwa kita akan melakukan perjalanan menggunakan alternative kedua, katanya sih jalannya sudah bagus layaknya jalan raya biasa, namun skala ukuran jalan desa. Entah seperti apa belum penulis coba. Akhirnya keputusan itu penulis ambil setelah sepakat berdiskusi. Jalan raya cijulang ciamis itu sekitar dua setengah jam. tetapi setelah penulis coba pertama kalinya melalui jalur pinggir kabupaten pangandaran di kecamatan langkaplancar yang menyusuri kebun karet lebih cepat satu jam. Lumayan lah mempercepat waktu jalan, dan bisa istirahat lebih lama sebelum kelas pagi. Habisnya datang terlalu cepat, di kampus pun belum ada satupun mahasiswa.
Berangkat pagi memang ekstrim, antara keterlambatan dan tepat waktu itu hampir bisa terjadi keduanya. Pada minggu sebelumnya, biasanya satu hari sebelum kuliah sudah ada di ciamis. Tetapi, karena cape setelah seharian bekerja. Istirahatlah yang jadi salah satu pilihan.
Dosen yang satu ini memang terlihat disiplin dan berwibawa. Wahhh bener gile inih dosen, sepagi ini udah dateng, Sahut mahasiswa yang akan masuk pada jam pertama.
Setelah cek ulang tas, dan memeriksa kembali tugas yang sudah dibuat. Namanya juga manusia kadang lupa dan juga salah. Satu mata pelajaran tugas belum dikerjakan, dan padahal untuk presentasi ada pada jam ketiga. Dasar orang Indonesia sudah kena cobaan masih bilang untung. Masih da waktu tiga jam lagi. Sialnya, dalam satu kelompok tidak ada satupun yang bawa laptop.
Katanya kalo malu bertanya sesat dijalan. Penulis tanyakan pada teman kelompok sebelah, ternyata mereka baik, penulis pinjem laptopnya dan tanpa berpikir lama jemari menyentuh huruf-huruf dan hanya memerlukan waktu sepuluh menit presentasi pun selesai. Walapun seadanya , yang penting nanti presentasinya bagus. Penulis hanya mencantumkan poin pentingnya saja, pengertian dan keterangannya sebagian ada di makalah.
Bicara mengenai politik adalah sarapan materi pertama. Dua kelompok telah melakukan presentasi, kelompok pertama bicara soal Ideologi Pancasila yang merupakan salah satu pandangan hidup bangsa indonesia. Yang terkandung dalam Undang-undang Dasar 1945 alinea ke empat menjelaskan mengenai kandungan isi Pancasila. Kelompok pertama pun menjelaskan soal pancasila yang menjadi sumber hukum dari segala sumber. Mungkin maksudnya segala aturan yang dibuat hukum indonesia harus berasal dari poin yang terkandung dalam pancasila. Dan, materi yang disampaikan kelompok dua pun tidak kalah menarik yaitu Partai Politik. Dari mulai sejarah pendirian partai yang bung hatta (wakil presiden pertama RI) sebagai pencetus utama, beliau mengatakan agar partai politik bisa menjadi wadah untuk pendidikan politik dan sebagai team pendukung kemenangan politik dalam pemilihan umum tahun 1955 yang pertama kalinya. Bung Hatta (wakil presiden RI pertama) Tujuan dari parta politik itu sendiri untuk membagi masyarakat menjadi ada beberapa golongan untuk kepentingan musyawarah dan mudmfakat yang menjadi alat kepentingan politik dan masing-masing memiliki bendera.
Kedua materi sangat begitu bermanfaat bagi penulis sebagai mahasiswa ilmu sosial dan politik. Meskipun hanya baru paham sepintas saja, penulis yakin seiring dengan berjalannya waktu mungkin harus mulai lagi giat belajar untuk memahami itu semua. Dosen memang sudah jelas memberikan materi, mahasiswa itu harus bersikap aktif dan mencari materi lagi dari luar kampus, selain dari buku dan turun langsung menanyakan pada pegiat politik .
Beginilah nasib kuliah seorang pekerja, bukan lagi membagi waktu kerja dan liburan. Tapi, waktu kerja, liburan dan belajar. Yang tadinya hanya dua waktu, sekarang menjadi tiga waktu. Begitu adanya, bukan bicara soal perjuangan melainkan ilmu yang harus dicari dan mengabdi pada negeri. Bukankah mencari ilmu itu wajib. Bagi penulis, untuk dapat melanjutkan kuliah adalah anugerah. Tidak sempat terpikirkan sebelumnya. Dengan berkat tuhan yang maha esa semuanya terasa mudah. Entah rezeki dariman, penulis yakin itu pemberian tuhan.
Tidak lagi merasa berjuang, dan tidak lagi merasa berkorban. Jika sudah niat, maka segala sesuatu yang dikerjakan akan terasa nikmat.
Niat untuk bekerja, jangan ngeluh dengan lelahnya. Tapi bersyukur atas pemberian tuhan yang begitu banyak. Niat untuk belajar, jangan mengeluh pada tugas-tugas dan lelahnya. Tapi bersyukur atas nikmat sehat yang masih kita miliki. Semuanya akan terasa ringan apabila kita dapat menerima apa yang telah kita hadapi, apa yang kita miliki dan cobaan hidup yang kita jalani. Tidak ada lagi beban, dengan bersyukur menikmati keadaan. Yakinlah, dunia ini berputar dan dinamis. Menjadi manusia yang berjuang dan tetap optimis.
No comments:
Post a Comment